Selalu Salah, Memang Salah

Dikutuk, Terkutuk

Menyudutkan diri sembari meratapi nasib
Godaan maut datang membisik
Ia segan, tak berani memaksa
Dilihatnya sang Tuan tersiksa
Sejak kapan aku berdrama, katanya
Ia menerka, iba atau kerja
Ribuan tahun ia menyantap
Tak pernah ada Tuan tak terperangkap
Duhai Tuan kau melemah
Akupun gagah
Bukankah itu pertanda kau kalah
Tapi,
Ia tetap sabar menengadah
Bersenandung dan menari hingga ke ufuk
Agar Tuan berada di ujung tanduk

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menginap di stasiun Gubeng Surabaya dan cewe sendirian

Coklat Hangat

His